Suatu Malam Di Bawah Bayangan Pohon Di Penghujung Kemarau
dengarkan aku, jiwaku
gumpalan darah di balik rusukku telah busuk
tak ada bisikan darinya terdengar bagai irama senja jingga -
yang menghimpun kedamaian alam lalu-
menyuapkannya kedalam mulutmu-
dengan penuh suka cita
cuma ada kekesalan yang menggaung tiada henti
berdentum riuh
penuh pilu
sampai di suatu malam
dalam renungan suci heningku di bawah bayangan sebuah -
pohon rindang di penghujung kemarau
aku mengeluarkannya dari dadaku
kudapati kelaraan dunia melumuri jemari tanganku
menetes ke bumi dan memusnahkan apapun yang disentuhnya
warnanya hitam pekat
sepekat senyum wanita tua dahaga yang menunggu uap keajaiban-
menetes di penghujung usianya
sedang malam tak melakuakn apapun
padahal, tak sekalipun awan pernah menumpahkan kesedihan-
di bumi tempatku berpeluk sepi ini
tapi entah mengapa ladang hatiku penuh tumbuhan-tumbuhan-
berduri lagi beracun
senja pun tak tahu apa-apa saat ku tanya
jiwaku, dengarkan aku lagi
di ujung telunjukku,
ada danau yang airnya mengalir dari air mata penyesalan -
para pendosa
bawalah gumpalan darah dalam genggamanku ini kesana
lalu benamkan di dasarnya
kau akan saksikan pelangi muncul di tiap percik ayunan gelombangnya
kemudian beritakan pada semesta tentang kepindahanku ke Surga
gumpalan darah di balik rusukku telah busuk
tak ada bisikan darinya terdengar bagai irama senja jingga -
yang menghimpun kedamaian alam lalu-
menyuapkannya kedalam mulutmu-
dengan penuh suka cita
cuma ada kekesalan yang menggaung tiada henti
berdentum riuh
penuh pilu
sampai di suatu malam
dalam renungan suci heningku di bawah bayangan sebuah -
pohon rindang di penghujung kemarau
aku mengeluarkannya dari dadaku
kudapati kelaraan dunia melumuri jemari tanganku
menetes ke bumi dan memusnahkan apapun yang disentuhnya
warnanya hitam pekat
sepekat senyum wanita tua dahaga yang menunggu uap keajaiban-
menetes di penghujung usianya
sedang malam tak melakuakn apapun
padahal, tak sekalipun awan pernah menumpahkan kesedihan-
di bumi tempatku berpeluk sepi ini
tapi entah mengapa ladang hatiku penuh tumbuhan-tumbuhan-
berduri lagi beracun
senja pun tak tahu apa-apa saat ku tanya
jiwaku, dengarkan aku lagi
di ujung telunjukku,
ada danau yang airnya mengalir dari air mata penyesalan -
para pendosa
bawalah gumpalan darah dalam genggamanku ini kesana
lalu benamkan di dasarnya
kau akan saksikan pelangi muncul di tiap percik ayunan gelombangnya
kemudian beritakan pada semesta tentang kepindahanku ke Surga
No comments:
Apa pendapatmu?