Puisi Usang

Puisi usang
di awal malam berkarat
mata ini bernanah mengeja huruf-hurufnya yang rapuh
ukiran tanganmu yang dulu selalu kuciumi punggungnya.

aku ingat juga ini
: suatu ketika saat purnama di pesisir Teluk Kendari
motor hitam peot bisingku mengantar kita menghirup batuk angin tua,
hanya demi memejamkan mata lalu memohon sesuatu pada bintang-bintang konyol yang jatuh.
aku lebih senang tenggelam di bibirmu
saat asmaraku risau berpisah dengan cintamu.

oh, Jakarta,
sungguh malang gerangan ia yang merana
tertindih rindu : obral di pasar loak.
mengusap-usap dadanya, debu-debu terbang ketakutan.

puisi usang,
bait-baitnya berayap.
kuingat di ujungnya kutulis namamu.
dengan tinta yang tak pernah pudar : cinta.


Nino Zulfikar
Jakarta, 31 Oktober 2011

No comments:

Apa pendapatmu?

Powered by Blogger.