Buih-Buih

1
Pada tepi pantai di bawah langit biru yang perlahan menghitam
buih-buih ombak bergumam sesaat sebelum menabrak tumpukan sampah,
sisa-sisa kemeriahan pesta penyambutan tahun yang baru
"Dunia ini menggila di atas kejeniusannya.
Bagian ini tak pernah didongengkan padaku oleh Ibu ku sebelum tidur."

2
Sebuah buih yang kecil yang lain menyahut
"Aku suka kemeriahan yang meledak bersama sinar warna-warni di langit.
Juga nyanyian terompet-terompet.
Bagian ini yang terbaik dan akan ku ceritakan pada anak-cucu ku kelak."

3
Lalu datang ombak yang lebih besar.
"Aroma pasir-pasir ini menceritakan semua pendahulu-pendahulu yang bertemu di sini
lalu kembali ke tengah laut atas nama keabadian cinta,
hingga kita terlahir meneruskan impian-impian mereka."

4
Buih yang lain lagi berkata,
"Apapun keadaannya sekarang,
Kita sudah sering mendengar legenda tentang tempat yang jauh dari rumah kita :
pasir-pasir putih berjemur di bawah bayangan lambaian dedaunan kelapa dengan beberapa apsang mata yang memandang bahagia ke ujung cakrawala."

5
Buih kecil pertama menindih kata-katanya,
"Itulah legenda yang tak selesai.
Harusnya disebutkan pula bagaimana setelah beberapa pasang mata itu pulang.
Menyisakan tumpukan-tumpukan yang mencoreng riasan tepi laut.
Lalu, kita, buih-buih, datang menukarkan kemurnian laut,
membawa tumpukan-tumpukan itu pulang ke tengah.
Kebodohan macam apa yang bersarang di tempurung kepala mereka?
Untung saja langit masih biru.
Sedikit biru."

6
Awan-awan hitam berkumpul menutup rupa langit.
Petir-petir meledak seperti pesta tahun baru susulan oleh para penghuni langit.
Lalu Tsunami datang memanggil buih-buih di tepi pantai dengan makian.
Memang,
sepertinya waktu bermain anak-anak sudah selesai.


Januari, 2011

No comments:

Apa pendapatmu?

Powered by Blogger.